tempat sementara untuk menuliskan kejadian yang berlangsung sementara dan dalam kita hidup di dunia yang sementara ini..

Jumat, 01 Januari 2010

tulisan ketujuh

Tulisan ini saya buat alam rangka memenuhi tugas menulis dari teman-teman saya di grup holic-holic an.. Sebuah group yang dibikin untuk terus menyemangati mereka yang mulai jarang menulis, seperti saya.. :D
Yah..merenung dua jam dan inilah hasilnya..
Happy new year!! Ahh!! bukaaannn..happy reading!! -_-"


PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

2010

Tahun baru yang identik dengan perayaan pergantian tahun telah menjadi bagian dari budaya bagi masyarakat Indonesia. Semua seakan ingin melepas kepergian tahun 2009 yang akan berganti dengan dekade pertama di millennium ketiga. Menyulut mercon atau kembang api bersama-sama di lapangan terbuka, tempat berkumpul orang-orang, bahkan di depan sebuah Taman Makam pahlawan, seperti kemarin yang saya lakukan dalam rangka menemani kedua teman saya.

Bagi saya, pergantian tahun mempunyai beberapa arti tersendiri. Menurut hemat saya, waktu tidaklah berarti apabila tidak ada penanda awal atau akhirnya. Waktu ada karena ada peristiwa awal yang menjadi dasar penghitungmunduran suatu masa. Waktu, sebagaimana ruang, merupakan sebuah dimensi tersendiri bagi manusia. Membahas sedikit tentang apa itu waktu, telah menjadi misteri sepanjang sejarah umat manusia. Para kaum materialis bahkan menggunakan waktu untuk menghancurkan logika agama. Mereka bertanya; “Ada apa sebelum alam semesta?”.

Pendukung teori bigbang menjawab;”Ada ledakan besar”

“Ada apa sebelum ledakan besar?”

“Ada Tuhan”

“Lalu, sebelum Tuhan ada apa?”

“Tidak tahu.”

“Mengapa tidak kau hemat saja jawaban untuk pertanyaan “Ada apa sebelum alam semesta” dengan pertanyaan “Tidak tahu” saja?”

Begitulah sekiranya kalau kita mempelajari suatu pengetahuan tanpa landasan agama. Yang bahkan bagi mereka, agama adalah hanya kebenaran relatif saja.

Kebenaran yang sampai saat ini masih saya yakini tentang dimulainya penghitungmunduran waktu umat manusia adalah ledakan besar yang menandakan sebuah ketiadaan menjadi sesuatu yang ada, yaitu alam semesta. Dan sebagai manusia yang meyakini tentang hal ini tentunya harus berdasar kepada acuan tertentu. Karena sebuah pernyataan akan dianggap sebagai suatu opini manakala tidak ada bukti pendukung tentangnya, dan sungguh celakalah yang menyebut apa yang bersumber dari kitab Suci Al-Qur’an adalah suatu kebohongan.

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al Anbiyaa’, 21: 30)

XXX

Pergantian tahun mempunyai arti penting. Pertama, kita berarti telah melewati suatu fase menuju fase baru yang tentunya kita harapkan menjadi lebih baik dari fase sebelumnya. Baik itu tahun baru Islam (Hijriyah) yang berdasar dari momentum besar berpindahnya dakwah Rasulullah SAW untuk menuju kepada fase dakwah yang lebih baik atau sekedar pergantian dari peringatan tahun baru dimasa Romawi kuno yang dirayakan tiap 1 Maret menjadi 1 Januari yang dilakukan oleh Paus Gregorius XIII pada tahun 1582.

Bagi saya, apa-apa yang sudah terjadi di tahun 2009 merupakan sebuah rangkaian mosaik yang akan saya lanjutkan di tahun 2010. Karena memang, kehidupan adalah sebuah rangkaian peristiwa yang saling bertautan dan berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Dan sudah sewajarnya apabila saya mengharapkan di tahun yang baru memperoleh kebaikan-kebaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Mungkin ini yang disebut dengan resolusi. Kata resolusi adalah serapan dari bahasa Inggris, yaitu resolution yang menurut kamus Inggris versi Oxford mempunyai beberapa arti/makna. Salah satu maknanya adalah : something one makes up one's mind to do, sesuatu yang membuat satu pikiran untuk melakukan. Arti lainnya adalah tekad, janji atau komitmen yang ingin diraih atau diwujudkan oleh seseorang. Cukup menarik apabila kita dihadapkan pada pertanyaan; “Apa resolusi untuk tahun 2010.?”, sejujurnya saya pribadi enggan untuk menjawab pertanyaan ini. Sama halnya apabia saya diharuskan untuk menjawab pertanyaan; “Apa rencana sepuluh tahun ke depan dan bagaimana Anda mewujudkan rencana itu.?” Bukannya saya seseorang yang tidak mempunyai tujuan ataupun prinsip hidup, akan tetapi sebuah rencana hidup, menurut hemat saya tidk perlu untuk diberitahukan kepada banyak orang, cukup komitmen kepda diri sendiri atau dengan orang-orang yang memang nantinya akan hidup bersama dengan kita. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi pemikiran tersebut. Pertama, life full of uncertainty. Begitukah? Ya, hidup penuh dengan ketidakpastian. Kita memang hanya bisa berusaha, dan kepastian mengenai bagaimana hasil dari usaha kita tercapai apabila kita mengikuti hukum-hukumNya. Dan hukumnya yang nampak tidak semuanya tercapai oleh akal kita. Alih-alih memperbaiki diri untuk fase kehidupan berikutnya malahan hanya terpaku pada rencana-rencana yang belum pasti. Untuk itu, apabila hanya sebuah janji kepada diri sendiri saja agaknya saya tidak usah memakai kata resolusi. :P

Secara abstrak, harapan saya di tahun yang baru berjalan ini sama dengan harapan dari kebanyakan orang. Bukan berarti saya seorang plagiat atau copycat. Tapi tak lebih dari sekedar mencoba menyerap pemikiran semua orang yang berinteraksi dengan kita. Saya serap semuanya, yang baik maupun yang buruk, kemudian saya keluarkan hasilnya. Untuk itulah dibutuhkan proses. Seringkali saya berpikir, mana yang lebih penting antara proses atau hasil? Lebih banyak saya menjawab proses, karena menurut pendapat kebanyakan orang proses yang baik akan menghasilkan suatu hasil yang baik. Tapi belakangan saya memikirkan kemungkinan jawaban “hasil”. Ini terkait satu bulan yang penuh pekerjaan dimana pertama kalinya saya ditempatkan di Instansi saya bekerja. Yang penting hasilnya, target penerimaan, target penyerapan anggaran. Walaupun nantinya menggunakan cara yang kurang prosedural. Tapi saya cukup terhibur ketika mendengar ceramah khatib shalat jumat yang menyebutkan: “Allah menilai proses kita, bukan hasil yang kita capai.”

Oleh karena itu, benar juga apabila ada yang mengungkapkan “enjoying d'process.. become better and wiser.. coz life is a never ending learning.” Yaa.. memang sebuah proses sudah semestinya kita nikmati perjalanannya, karena hidup adalah pembelajaran yang tak pernah habis. Asalkan, tidak lupa kepada tujuan kita karena terlalu lama menikmati proses :P

Serta, dalam menjalankan harapan-harapan dan rencana-rencana hidup kita dibutuhkan komitmen dan konsistensi. Dua buah kata yang menjadi momok bagi saya. Boleh jadi saya sudah bekomitmen tentang suatu hal, tapi seringkali tidak konsisten (istiqomah) dalam menjalaninya. Mungkin inilah yang menjadikan saya masih menjadi orang biasa sampi detik ini. Berbicara mengenai teori, konsistensi dapat saya peroleh apabila ada motivasi untuk terus melakukan suatu komitmen, baik motivasi internal, eksternal ataupun eksistensial (yang terakhir cuman kadang2 loohh..). Adanya motivator hampir sebuah kewajiban bagi saya :D. Ini wajar, manusiapun berbuat baik di dunia karena ada motif-nya, yaitu pahala yang berujung pada surga.

Agaknya saya harus lebih memaknai pergantian waktu. Berusaha membijaki semua peristiwa yang terjadi. Mencoba menganggap wajar hal-hal yang terjadi selama ini dengan mengerti mengapa itu semua bisa terjadi. Berhenti untuk mengeluh dan menggerutu, lebih baik memperbaiki apa yang kita keluhkan atau gerutukan (terdengar aneh kata ini :p). Berusaha tetap pada koridor yang telah disyariatkan, karena koridor lebih jelas daripada jalur tengah yang lurus dari suatu jalur. Tetap bermimpi, akan tetapi mencoba membuat mimpi serealistis mungkin sehingga apabila bisa saya raih, saya gembira karenanya dan apabila tidak bisa saya raih saya tidak kecewa karenanya.

Bismillaah..